Rabu, 15 Mei 2013

Global Revolution in Education

Pendidikan dahulu dan sekarang tentunya sangat-sangatlah berbeda. Pendidikan tempo dulu mempersiapkan anak didiknya di kelas untuk menjadi prajurit.  Sejak dini, mereka dipersiapkan untuk perang.  Mereka diajarkan baris berbaris, duduk tegak dan lain sebagainya. Karena pada masa itu, adalah masa revolusi pemerintahan.  Mereka tidak diperkenalkan pada tahapan-tahapan pendidikan seperti sekarang, yang tertanam dalam diri mereka hanyalah menjadi prajurit yang tangguh seperti ayah-ayah mereka dan memenangkan perang.  Sedangkan murid-murid perempuan pun dipersiapkan sejak dini untuk mejadi perawat.  Mungkin dari sanalah asal-usul mengapa hingga saat ini aparat banyak yang berjodoh sama bidan atau perawat.  Entahlah..

Tetapi sekarang, faktanya, dunia telah berubah. Tak ada lagi peperangan, tak ada lagi pengalihan kekuasaan berlapiskan seribu nyawa.  Kini peperangan bukan dalam bentuk pengeboman, pembantaian besar-besaran dan pembunuhan seperti pada masa Hitler berkuasa. But now we're engaged to global revolution.  Sebetulnya apa yang terjadi sekarang lebih kompleks.  Why?  It's because globalization has leveled the competitive playing field between industrial and emerging market countries.  

Faktanya lagi lebih dari 50 persen dari pertumbuhan PDB di dunia berasal dari perkembangan pesat pasar.  Perkembangan tersebut haruslah didukung oleh beberapa faktor, diantaranya kreativitas, inovasi, kustomisasi, kolaborasi dan pola pikir global. 

Oke, kita misalkan dengan pendidikan.  Hari gini, pendidikan bukan sebatas pendidikan di kelas,  belajar membaca dan menulis atau ya ampun, masih adakah yang belajar matematika dengan membariskan lidi-lidi??? Nowadays education is about the economy.  Sebagai pendidik, sudah seharusnyalah kita mengarahkan pendidikan anak itu ke era ekonomi global.  Sudahkah kita melakukannya? Alvin Toffler bilang buta huruf di abad 21,bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan dan belajar kembali.

Anak-anak pada masa kini sudah terhubung ke seluruh dunia dengan media internet tentunya, mereka bisa kapanpun dan dimanapun mengaksesnya dan berselancar di dalamnya.  Our students are digital learner!
Mereka terlahir ke dunia digital dan mereka ingin membuat dan menyebarkan informasi. 
Untuk itu, mereka membutuhkan keterampilan, kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara efektif untuk isu-isu atau masalah yang dihadapinya. 


Kebanyakan siswa mengunjungi antariksa lewat Google Earth, padahal masih banyak buku-buku yag menjelaskan misalnya bahwa Pluto itu adalah sebuah planet.  Well, menurut New York Times Study, remaja sekarang lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk menonton atau mendengarkan telpon selular mereka daripada berbicara secara langsung. Mereka mengirim 50 sms sehari, menghabiskan 5 jam seminggu untuk mengakses Youtube, 53% dari mereka memiliki smartphone, mereka benar2 menghabiskan 31 jam seminggu untuk berselancar di internet.  Bahkan anak-anak TK pun belajar dengan menggunakan Ipad -__-  99% murid-murid di kelas lebih tertarik belajar secara online dan hanya 10% dari mereka yang produktif di kelas dan belajar dengan cara yang normal.

It's time to rethink teaching!  Kita seharusnya mentransformasikan pendidikan, karena pendidikan itu tak ubahnya seperti air, mereka melimpah ruah.  Atau bahkan seperti susu, mereka penting, namun ada saatnya yang penting itu menjadi sesuatu yang basi. Teachers, we have to make a revolution! Untuk memiliki kelas yang lebih efektif, ingat hal ini : "tell me... i will forget" "show me... i may remeber" "involve me... i will understand" (Confucius).  Jadi, libatkan siswa anda dalam diskusi, Blog, Wikis, Twitter, Google, etc.
Kita hidup di dunianya Steve Jobs, kita dituntut untuk berpikir beda dan mengajar dengan cara yang berbeda pula.


these article inspired by the video of Chintia Burfield and some others unknown video with the global revolution in education theme.






1 komentar: